MAKALAH SOSIOLOGI KOMUNIKASI
(SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
DIINDONESIA DAN DIDUNIA)
![]() |
OLEH :
NAMA
: A.IQRIANI
NIM
: 50700117114
KELAS : IKOM C
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI
Sampul
i
Kata Pengantar iii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah “SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI DI INDONESIA DAN DIDUNIA”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Komunikasi. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini saya
menyampaikan terimakasih kepada selaku dosen pembimbing mata kuliah Sosiologi
Komunikasi.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi saya dan pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahan. Namun saya sebagai penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.
Gowa,17
September 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sosiologi adalah landasan ilmu
terhadap komunikasi karena sosiologi terfokus kepada kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat terjadilah interaksi sosial terhadap individu dengan
kelompok sehingga mampu menjalin komunikasi antar sesama yang dapat melahirkan
kontak sosial baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Membahas
mengenai komunikasi berkaitan dengan proses sosial,yaitu kegiatan pertukaran
pikiran dan modifikasi sistem nilai. Dapat dikatakan bahwa komunikasi sosial
dalam sebuah masyarakat merupakan proses yang tidak bisa terlepas dari sistem
nilai masyarakat itu sendiri, terbukti bahwa komunikasi akan selalu terikat
dengan sosiologi.
Sosiologi menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia. Karena adanya komunikasi maka terjalinlah kontak sosial yang dapat
menumbuhkan proses dimana masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan efisien
dan efektif.
Sosiologi dan komunikasi ialah dua hal yang sangat
berkaitan. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang sejak lama telah berkembang
sedangkan komunikasi ialah proses interaksi yang berada
dalam kajian sosiologi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
sosiologi menjadi landasan kelahiran dan perkembangan ilmu komunikasi untuk
mengkaji kualitas interaksi sosial masyarakat. Pengaruh sosiologi terhadap komunikasi
dalam kehidupan bermasyarakat menghasilkan sub ilmu kajian yang dinamakan
sebagai sosiologi komunikasi.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud Sosiologi dan Komunikasi ?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan sosiologi didunia dan diIndonesia ?
3. Bagaimana
sejarah lahirnya sosiologi komunikasi ?
C.
Tujuan penulisan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud sosiologi dan komunikasi.
2. Untuk
mengetahui sejarah perkembanggan sosiologi komunikasi didunia dan di Indonesia
3. Untuk
mengetahui sejarah lahirnya sosiologi komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sosiologi
dan Komunikasi
1. Sosiologi
Sosiologi
berasal dari kata sofie,yaitu
bercocok tanam atau bertaman,kemudian berkembang menjadi socius,dalam bahasa latin yang berarti teman,kawan. Berkembang lagi
menjadi kata sosial,artinya berteman,bersama,berserikat.
Secara
khusus kata sosial maksudnya dalah hal-hal mengenai berbagai kejadian dalam
masyarakat yaitu persekutuan manusia,dan selanjutnya dengan pengertian itu
untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
(Shadily,1993:1-2).[1]
2. Komunikasi
Istilah
komunikasi berasal dari bahasa inggris communication. Diantara arti komunikasi
adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang,tanda-tanda,atau
tingkah laku. Komunikasi juga diartikan sebagai cara untuk mengomunikasikan ide
dengan pihak lain,baik dengan berbincang-bincang,berpidato,menulis maupun
melakukan korespondensi.[2]
B.
Sejarah
perkembangan sosiologi
1. Sejarah
perkembangan sosiologi di dunia
Tidak
ada yang dapat membantah jika disebutkan bahwa Comte adalah yang memperkenalkan
sosiologi sebagai ilmu di Perancis dan yang pertama di muka bumi. Namun sebelum
itu banyak gejala, atau meminjam istilah yang digunakan John Lewis Gillin pada
awal abad ke 20, ia menyebut sebagai adanya sociological attitude yakni 'sikap
sosiologis' yang ditunjukkan oleh para tokoh atau ilmuwan yang sedang
menerangkan persoalan masyarakat atau kemanusiaan. Jadi, maksudnya, ada tanda di
mana orang mengemukakan analisisnya yang menunjukkan ciri-ciri sosiologis.
Pemecahan masalah sosial juga menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan pendekatan
yang bertipologi sama. Oleh sebab itu, Gillin menyebutkan pendekatan demikian
itu sebagai presociological approach to sociology. [3]
Menyatakan
bahwa terminologi sosiologi belum ada, sebelum kemudian Comte mengemukakannya
secara eksplisit. Metodologi selalu lahir kemudian, ia merupakan barang baru
yang modern dan bergengsi. Pada masa awal, yang penting adalah 'analisis
menerangkan’ (explanating analysis) dengan mengutamakan berpikir dan berpikir,
merenungkan dan merenungkan. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan modern yang
kemudian bermetode modern itu semuanya bermula dari pemikiran filsafat.
Sosiologi
sendiri bermula dari 'sikap berpikir sosiologis' yang mulai populer akibat
adanya revolusi politik di Perancis (1792-1802) dan revolusi industri di
Inggris (berawal di pertengahan abad 19). Jika di Perancis muncul tokoh Auguste
Comte dan Emile Durkheim, di Inggris muncul lebih kemudian adalah Herbert
Spencer dan Radcliffe-Brown, dan pada awal abad ke 19 juga telah muncul Max
Weber di Jerman. Mengapa kedua revolusi itu, terutama revolusi Perancis mampu
menggerakkan orang untuk berpikir sosiologis? Karena revolusi Perancis telah
mengakibatkan kerusakan pada struktur sosial yang luar biasa pada masyarakat
Perancis dan dampaknya yang meluas ke seluruh daratan Eropa. Ekonomi sulit
bangkit kembali dan tidak ada satupun para pemikir ekonomi yang mampu memberi
jalan agar ekonomi bisa bangkit, semua orang mengalami jalan buntu. Berkah dari
pemikiran sosiologi yang spektakuler adalah lahirnya demokrasi di Perancis dan
kemudian menjalar di Eropa, dan kemudian di Amerika menemui lahan suburnya.
Sejarah ini mengajarkan kita satu hal penting bahwa sosiologi lahir di Eropa
ketika masyarakatnya bereaksi terhadap suatu fenomena sosial yang luar biasa.
Peristiwa ini akan menjadi perbandingan kita di kala meninjau kelahiran
sosiologi di Indonesia nantinya. Sebelumnya diamati dulu sekilas bagaimana
perkembangan awal sosiologi di Amerika. Sebagaimana di Perancis dan daratan
Eropa lainnya, di Amerika, sosiologi juga ternyata muncul ke permukaan
didahului oleh Civil War (1861-1865). Apalagi pengaruh pemikir Jerman, Inggris
dan Perancis sangat kuat terhadap para pemikir muda Amerika saat itu. Di antara
yang paling berpengaruh adalah tulisan Comte mengenai Course of Positive
Philosophy dan System of Positive Polity. Sementara dua tulisan Spencer sangat
berpengaruh di Amerika pada masa awal adalah Study of Sociology dan Principles
of Sociology. Kemajuan sosiologi di Amerika demikian pesatnya karena setelah
itu tokoh-tokoh besar yang lebih modern lahir dan besar di Amerika. Mereka
antara lain, Talcott Parsons, Robert K. Merton, Lewis A. Coser, dan bahkan
Bronislaw Malinowski yang berdarah Rusia. Sebelum itu adalah pionir awal
seperti, Charles Horton Cooley, Albion Small, William Graham Sumner, Edward A.
Ross, Lester F. Ward, Franklin Henry Giddings dan lain-lain nama yang mungkin
agak kurang akrab di telinga mahasiswa Indonesia. Tentu saja perlu disinggung
bahwa di Jerman ada Ralph Dahrendorf dan di Perancis bercokol Claude
Levi-Strauss yang juga sangat dikenal di daratan Amerika. Banyak sekali tokoh
dan pemikir sosiologi yang berpengaruh sejak abad ke-19 sampai awal abad 21 ini
yang tak mungkin dan juga tak perlu disebutkan satu persatu dalam tulisan ini. [4]
Latar
belakang ini membentuk karakter yang unik bagi masing-masing sosiolog itu dan
keunikan itu menjadi ciri khas dan kekuatan masing-masing tokohnya. Latar
belakang yang berbagai-bagai itu menunjukkan bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang masih muda dibandingkan dengan yang lain. Mereka itulah
kemudian membuka kelas pertama dan membuat pembelajaran yang lebih bersistem
tentang sosiologi di kampus-kampus Amerika. Perkembangan sosiologi yang pesat
itu selain ditopang oleh situasi kontemporer, juga karena mentalitas
profesional berkarya dalam ilmu demikian seriusnya. Bayangkan saja, sebagai
contoh dua buah jurnal sosiologi yang sangat terkenal: American Sociological
Society dan American Journal of Sociology yang lahir pada akhir abad 19 dan
awal abad 20 masih eksis sampai hari ini. [5]
2. Sejarah
perkembangan sosiologi di Indonesia
Pada
mulanya,belum pernah dipelajari teori-teori formal mengenai sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan namun,banyak yang telah memasukkan unsur-unsur sosiologi
kedalam ajaran-ajarannya. Akan tetapi secara tidak langsung dituangkan dalam
berbagai ajaran dan karya pujangga Nusantara. Misalnya,ajaran “Wulan Reh” yang
ditulis oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Keraton Surakarta. Didalamnya
diajarkan tentang pola-pola hubungan antara anggota-anggota masyarakat Jawa
dari kalangan yang berbeda. Hal yang sama juga terjadi pada Ki Hajar
Dewantoro,seagai peletak dasar –dasarpendidikan nasional di Indonesia yang
secara tidak langsung sebagai peletak dasar konsep sosiologi. [6]
Unsur-unsur
sosiologi tidak digunakan hanya dalam suatu ajaran atau teori yang murni
sosiologis akan tetapi,sebagai landasan untuk tujuan lain yaitu ajaran tata
hubungan antar manusia dan pendidikan. Sebelum perang dunia kedua yang menjadi
pusat perhatian misalnya tulisan Snouck Hurgronje dan lainnya. Maka didalamnya
terdapat unsur-unsur sosiologis yang dipergunakan untuk mengupas secara ilmiah
dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Bahwa,sosiologi dianggap sebagai ilmu
pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain,sosiologi pada
saat itu belu dianggap cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai
ilmu pengetahuan,terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.[7]
Pada
tahun 1934/1935 Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta merupakan satu-satunya lemabga
perguruan tinggi yang sebelum perag dunia kedua memberikan mata kuliah
sosiologi. Dan hanya sebagai pelengkap bagi pelajaran ilmu hukum.
Namun,beberapa waktu mata kulia sosiologi itu ditiadakan mereka berpandangan
bahwa yang dibutuhkan itu ialah hukum positif yaitu peraturan-peraturan yang
berlaku dengan sah pada suatu waktu dan pada tempat tertentu. Di tingkat
perkembangan sosiologi dimana teori yang diutamakan sedangkan ilmunya belum
dianggap penting untuk dipelajari sendiri,maka tidak dapat diharapkan bahwa
berkembangnya penelitian sosiologis yang mencoba menemukan kenyataan-kenyataan
sosiologi dalam masyarakat Indonesia. (buku kusut)
Setelah
perang dunia kedua tepatnya setelah proklamasi kemerdekaan diproklamirkan untuk
pertama kalinya Prof.Mr. Soenario Kolopaking memberikan kuliah sosiologi pada
tahun 1948 di Akademi ilmu Poliitik di Yogyakarta yang kemudian dilebur menjadi
Universitas Negeri Gajah Mada Yogyakarta. Sosiologi diajarkan sebagai ilmu
pengetahuan dalam jurusan ilmu pemerintahan dalam negeri,hubungan luar negeri,dan
publistik. Pada tahun 1950 ada beberapa orang yang memperdalam ilmu sosiologi
sehingga menjadi cikal bankal tumbuhnya sosiologi di Indonesia. Beberapa
ilmuwan sosial menerbitkan sebuah buku Sosiologi
Indonesia yang ditullis oleh Mr.
DJody Gondokusumo yang memuat pengertian dasar sosiologi secara teoritis dan
bersifat filsafat. Bukan hanya itu,setelah revolusi fisik,sekitar tahun 1950
terbit untuk kedua kalinya nuku sosiologi karya Barsono. Selanjutnya Hasan
Shadily menulis sebuah buku yang berjudul “Sosiologi
untuk Masyarakat Indonesia” yang memuat kajian sosiologi modern.
Telah
jelas bahwa perkembangan sosiologi di Indonesia pada mulanya hanya dianggap
sebagai ilmu pelengkap saja. Akan tetapi dengan berdirinya perguruan tinggi di
negeri ini,sosiologi memegang peranan yang sangat penting dalam menelaah
masyarakat Indonesia yang sedang berkembang.[8]
4. Sejarah
Lahirnya sosiologi komunikasi
Asal mula kajian
komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx,dimana
Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran
Jerman,sementara Claude Henri Sains-Simon,August Comte,Emile Durkheim merupakan
nama-nama para ahli sosiologi yang beralira perancis.[9]
Sementara itu gagasan awal tentang Marx
tidak terlepas dai pemikian-pemikiran Hegel. Hegel memiliki pengaruh yang kuat
terhadap Marx,bahkan Karl Marx muda menjadi seorang idealism(bukan
materialisme). Justru dari pemikiran-pemikiran radikal Hegel tentang idealisme
adapun kemudian Marx tua menjadi seorang materealisme,hal itu adalah sebuah
pengalaman pribadi manusia dalam prosesnya dengan konteks sosial yan dialami
oleh Marx sendiri.
Menurut Ritzer
(2004: 26),pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan
pemikkiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang
dialektika dan idealisme. Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang
dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan arti penting dari
proses,hubungan dinamika,konflik dan kontradiksi,yaitu cara-cara berpikir yang
lebih dinamis. Disisi lain,dialektika adalah pandangan tentang dunia bukan
terususun dari struktur yang statis ,tetap berdiri dari
proses,hubungan,dinamika konflik,dan kontradiksi. Pemahaman dialektika tentang
dunia semacam inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang berhubungan
satu sama lainnya) dikemudian hari melahirkan gagasan-gagasan tentang
komunikasi seperti apa yang dikemukakan oleh Jurgen Habermas dengan tindakan
komunikatif (interaksi).
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat
idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan produk mental daripada kehidupan
mental. Dalam bentuknya yang ekstrem
idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologis –lah yang
ada,idealisme adalah sebuah proses yang kekal dalam kehidupan manusia,bahkan
ada yang berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun kehidupan sosial
dan fisik sudah tidak ada lagi. Idealisme merupakan produk berpikir yang
menekankan tidak saja pada proses mental namun juga gagasan-gagasan yang
dihasilakn dari proses mental itu (Ritzer: 2004).[10]
Pemikiran-pemikiran
Habermas sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habermas sendiri menamakan
gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi materealism historis. Habermas bertolak
dari pemikiran Marx,seperti potensi manusia,spesies makhluk,aktivitas yang berperrasaan.
Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen analitik
yang berbeda ,yaitunkerja (atau tenaga kerja,tindakan rasional-purposif) dan
interaksi sosial. Jadi,kata Habermas , “ ia hanya mengambil perbedaan antara
kerja dan interaksi sosial sebagai titik awalnya”. Disepanjang tulisannya,
Habermas menjelaskan perbedaan ini,meski ia cenderung menggunakan istilah tindakan (kerja) rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi)
(Ritzer,2004 : 187). Dalam The Theory Of
Communication Action pun ia menyebutkan tindakan komunikatif ini sebagai
bagian dari dasar-dasar ilmu sosial dan teori komunikasi (Habermas,1996).
Selama tahun 1970-an Habermas memperbnayak
studi-studinya mengenai imu-ilmu sosial dan mulai menata ulang teori kritik
sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari perkembangan ini memuat kumpulan
studi yang ditulis bersama Niklas Luhmann,yakni Theori der Gesellschaft der
Soszialtechnologie (1971): legitimations
problem des historischen materealismus (1976) : dan kumpulan esai dalam
sekian buku lagi. Habermas sendiri saat ini menjadi guru besar dan filsafat
yang hidup di Frankfurt (Kuper and kuper,2000: 424).
Sumbangan
pemikiran juga diberikan oleh John Dewey,yang sering diebut sebagai the first philosopher of communication (Riger,1986)
itu dikenal hingga kini dengan filsafat
pragmatic-nya,suattu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi
dalam praktik. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan materil,subjek dan
objek ( Ibrahim,2005; xiii). Jadi,gagasan-gagasan seharusnya bermanfaat bagi
masyarakat,pesan-pesan ide harus tersampaikan dan memberi kontribusi pada
tingkat perilaku orang. Pesan ide membentuk tindakan dan perilaku dilapangan.[11]
Dengan
demikian,sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Bahwa kajian dan
sumbangan pemikiran Augoste Comte,Durkheim,Talcott Parsons dan Robert K. Merton
merupakan sumabangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi
yang beraliran struktural –fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran
Karl marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirya teori-teori
kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak
semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan
interaksi sosial antara seseorang dan orang lain. Apa yang disebutkan oleh Comte dengan “social dynamic” , “kesadaran
kolektif” oleh Durkheim , dan “interaksi sosial” oleh Marx serta “tindakan
komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh Habermas adalah awal mula lahirnya
perspektif sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu,maka
sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersama
dengan lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural-fungsional
maupun dalam perspektif konflik.
SKEMA 1
ALIRAN PEMIKIRAN DALAM RANGKA
PARADIGMA
SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Aliran
pemikiran yang Melahirkan Paradigma dalam Sosiologi Komunikasi
![]() |
Stuktural
–Fungsional Konflik-Kritis
Aguste Comte Karl
Marx
Emile Durkheim Jurgen
Habermas
Talcott Parson John
dewey
Rabert K. Marson
Selain apa yang disumbangkan Karl Marx
dan habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi,sumbangan dan perpektif
struktural-fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parsons
dengan sistem tindakan maupun dengan skema AGIL (Ritzer.2004 : 121),serta kajia
Robert K. Merton tentang sttrukur – fungsional,struktur sosial dan anomie
(Sztompka,2004 : 18),merupakan sumabngan –sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya
teori-teori komunikasi diwaktu-waktu berikutnya.[12]
Saat ini perspektif teoretis mengenai
sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi mengenai interaksi
sosial dan semua aspek yangbersentuhan dengan fokus kajian tersebut. Narwoko
dan Suyanto (2004:16) mengataka bahwa kajian tentang interaksi sosial
diisyarakatkan adanya fungsi-fungsi komunkasi yang lebih dalam,seperti adanya
kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata
tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap
tindakan tersebut,sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang
memberikan tafsiran pada sesuatu atau pada perlakuan orang lain. Dalam
komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh
seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh
komunikator dan penerima informasi menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh
konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa
Sosiologi dan komunikasi ialah dua hal
yang sangat berkaitan. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang sejak lama telah
berkembang sedangkan komunikasi ialah proses interaksi yang berada dalam kajian sosiologi. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi menjadi landasan kelahiran dan
perkembangan ilmu komunikasi untuk mengkaji kualitas interaksi sosial
masyarakat.
Aguste Comte ialah yang memperkenalkan
sosiologi didunia. Sehingga hanya dianggap sebagai ilmu pelengkap saja. Namun,
dengan berdirinya univeristas di Indonesia menjadikan sosiologi menjadi mata
kuliah yang memegang peranan yang sangat penting untuk masyarakat Indonesia
yang berkembang.
Asal mula kajian
komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx,dimana
Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran
Jerman,sementara Claude Henri Sains-Simon,August Comte,Emile Durkheim merupakan
nama-nama para ahli sosiologi yang beralira perancis. Sebenarnya
gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersama dengan
lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural-fungsional
maupun dalam perspektif konflik.
B. Saran
Materi dalam makalah ini semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan didalamnya baik dalam hal sistematika penulisan maupun isi.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
DAFTAR
PUSTAKA
Bungin,Burhan.,2006. Sosiologi Komunikasi,Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Hefni,Harjani.,2015. Komunikasi Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Rahman,Bustani. (2012).
Perkembangan sosiologi diindonesia dan didunia. Jurnal Sosiologi.,1-2
Soekanto,Soerjono.,1990.
Sosiologi Suatu Penganta, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Setiadi Elly M,Usman
Kolip.,2011. Pengantar Sosiologi, Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
AP,Radiah.,2012. Sosiologi
Komunikasi, Makassar: Alauddin University Press
[1]Lihat Burhan Bungin,Sosiologi komunikasi,Kencana Prenada
Media Group,Jakarta,2006,hlm.27.
[2] Lihat Harjani Hefni,Komunikasi Islam, Kencana Prenada Media
Group,Jakarta,2015,hlm.2.
[4] Lihat 1Rahman Bustani, Perkembangan sosiologi diindonesia dan
didunia,Anzdoc,2012.hlm.2.
[6] Lihat
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip,Pengantar
Sosiologi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.15
[7] Lihat
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip,Pengantar
Sosiologi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.16
[8] Lihat
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip,Pengantar
Sosiologi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.17
[9]Lihat
Radiah AP. Sosiologi Komunikasi,Alauddin
University Press,Makassar,2012,hlm.31,32.
[10] Lihat
Radiah AP. Sosiologi Komunikasi,Alauddin
University Press,Makassar,2012,hlm.32,33.
[11] Lihat
Radiah AP. Sosiologi Komunikasi,Alauddin
University Press,Makassar,2012,hlm.34.
[12] Lihat
Radiah AP. Sosiologi Komunikasi,Alauddin
University Press,Makassar,2012,hlm.35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar