PROSES
ASOSIATIF
(KERJA
SAMA,AKOMODASI,DAN ASIMILASI)
OLEH
:
NAMA : A.IQRIANI
NIM
: 50700117114
KELAS
: IKOM C
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN
ALAUDDIN MAKASSAR
2018
1.
PROSES
ASOSIATIF
Proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling
pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per-orang atau kelompok
satu dengan lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan bersama.
Secara keseluruhan asosiatif sangat baik dan diharapkan ada di dalam setiap
hubungan pergaulan antara keluarga militer dengan masyarakat sipil.
Bentuk-bentuk interaksi dari proses asosiatif antara lain yaitu kerja
sama(cooperation), akomodasi (accommodation) dan asimilasi (asimulation). [1]
A.
Kerja Sama
(Cooperation)
Cooperation berasal dari dua kata latin,co yang berarti
bersama-sama, dan operani yang berarti bersama-sama dan oprani yang berarti
bekerja. Jadi, Cooperation artinya bekerja sama. Koperasi merupakan perwujudan
minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu
kesepahaman,sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju kepada kepentingan
sendiri.[2]
Bentuk
dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia.
Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak kanak-kanak. Di masa
itu mereka akan mulai menggambarkannya didalam kehidupan keluarga atau kelompok
kekerabatan. Seiring berjalannya waktu gambaran tersebut akan terbawa hingga
mereka dewasa. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan
untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan
tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.[3]
Kerja
sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya ( yaitu
in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya). Kerjasama
mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada
tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisonal dan
institusional telah tertanam didalam kelompok,didalam diri seesorang atau
kelompok orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka
waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas,karena
keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan rintangan
yang bersumber dari kelompok itu. Keadaan tersebut menjadi lebih tajam lagi
apabila kelompok demikian merasa tersinggung dan dirugikan sistem kepercayaan
atau dalam salah satu bidang sensitif dalam kebudayaan. Betapa pentingnya
kerjasama digambarkan oleh Charles H. Cooley sebagai berikut :
“Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadran
akan adanya kepentingan-kepemntingan yang sama dan adanya organisasi merupakan
fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna”.
Dalam
hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat,maka kebudayaan itulah yang
mengarahkan dan mendorong terjadinya kerjasama. Misalnya,di Amerika Serikat
terdapat pola pendidikan terhadap anak-anak,pemuda,dan mereka yangg sudah
dewasa,yang mengarah pada sikap,kebiasaan dan cita-cita yang lebihh berbentuk
persaingan daripada yang berbentuk kerjasama,walaupun didalam kehidupan
nyata,unsur-unsur kerja sama juga dijumpai,mislanya dalam kelas-kelas
sosial,perhimpunan mahasiswa,organisasi buruh dan seterusnya.[4]
Dalam teori
sosiologi dijumpai beberapa bentuk kerja sama yang diberi nama kerja sama (cooperation).
Kerja sama tersebut lebih lanjut dibedakan dengan
1)
Kerja sama spontan (spontan
Cooperation),artinya kerja sama yang dilakukan secara serta merta.
2)
Kerja sama langsung (directed cooperation),artinya kerja
sama yang dihasilkan dari perintah atasan atau penguasa.
3)
Kerja sama kontrak (contractual
cooperation),artinya kerja sama yang memiliki dasar tertentu.
4)
Kerja sama tradisonal (traditional cooperation),artinya
kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Beberapa
pendapat menyatakan bahwa pada masyarakat bentuk kerja sama merupakan unsur
dari sistem nilai—nilai sosialnya yang seringkali kita jumpai dalam keadaan
dimana warga-warga masyarakat tersebut tidak mempunyai inisiatif ataupun daya
kreasi,oleh karena orang perorangan terlaalu mengandalkan bantuan di
rekan-rekannya. Kerja sama merupakan slah satu gejala sosiaal yang universal
yang ada pada masyarakat dimanapun. Walaupun secara tidak sadar kerja sama tadi
mungkin timbul terutama dalam keadaan-keadaan dimana kelompok tersebut
mengalami ancaman dari luar.[5]
Sehubungan
dengan pelaksanaan kerja sama,adaa 5 bentuk kerja sama yaitu :
1)
Gotong Royong
dan kerja bakti
Gotong royong adalah sebuah proses cooperation yang terjadi dimasyarakat pedesaan,dimana
proses ini menghasilkan aktivitas tolong menolong dan pertukaran tenaga serta
barang maupun pertukaran emosional dalam bentuk timbal balik diantara mereka.
Baik yang terjadi disektor keluarga maupun disektor produktif. Sedangkan Kerja
bakti adalah proses cooperation yang mirip dengan gotong royong,namun kerja
bakti terjadi pada proyek – proyek publik atau progam—program pemerintah.
2)
Bargaining
Bargaining adalah proses cooperatio dalam bentuk perjanjian
pertukaran keppentingan,kekuasaan,barang-barang maupun jasa antara dua
organisasi atau lebih yang terjadi dibidang politik,budaya,ekonomi,hukum,maupun
militer.
3)
Co-optation
Co-optation adalah proses cooperation yang terjadi diantara
individu dan kelompok yang terlibat dalam sebuah organisasi atau negara dimana
terjadi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organsasi untuk menciptakan stabilitias.
4)
Coalition
Coalition,yaitu dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan
yang sama-sama kemudian melakukan kerja sama satu dengan yang lainnya untuk
mencapai tujuan tersebut. Coalition umumnya tidak menyebabkan ketidakstabilan
strukur di masing-masing organisasi,karena coalition biasanya terjadi di unit
program dan dukungan politis.
5)
Joint-Venture
Yaitu,kerja sama dua atau lebih organisasi perusahaan diibidang
bisnis untuk pengerjaan proyek-proyek tertentu. [6]
B.
Akomodasi
Akomodasi
dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk
menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti
adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan
nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan Akomodasi sebagai
suatu proses menunjuk pada suatu usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi
adaalah suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa mengahncurkan pihak
lawan,sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.[7]
Tujuan
Akomodasi berbeda-beda
1)
Untuk mengurangi pertentangan antara
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham
bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tsb, agar
menghasilkan suatu pola yang baru;
2)
Mencegah meledaknya suatu
pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer;
3)
Untuk memungkinkan terjadinya
kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat
factor-factor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem berkasta
4)
4. Mengusahakan peleburan antara
kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau
asimilasi dalam arti luas.[8]
Tidak
selamanya suatu akomodasi sebagai proses akan berhasil sepenuhnya. Disamping
terciptanya stabilitas dalam beberapa bidang,mungkinsekali benih-benih
pertentangan dalam bidang-bidang lainnyamasih tertinggal,yang diperhitungakan
oleh usaha-usaha akomodasi terdahulu.
Bentuk-bentuk
Akomodasi
1)
Coercion
Suatu bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. Coercion merupakan
bentuk akomodasi dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila
dibandingkan dengan pihak lawan. Pelakasanaannya dapat dilaksanakan secara
langsung maupun secara tidak langsung.
2)
Compromise
Suatu bentuk
akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya,agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisiha yang ada. Sikap dasar untuk
dapat merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya.
3)
Arbitration
Suatu cara
untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak
sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan akan diselesaikan oleh pihak ketiga
yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan
tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan seperti yang terlihat dalam
penyelesaian masalah perselisihan permusuhan.
4)
Mediation
Mediation hampir mirip dengan Arbitration. Pada Mediation diundanglah pihaak ketiga yang netral dalam
soal perselisihan yang ada. Pihak ketiga tersebut tugas adalah untuk utamanya
mengusakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah
sebagai penasihat belaka,dia tak mempunyai wewenang untuk memberi
keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
5)
Conciliation
Suatu usaha
untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation lebih lunak daripada
coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk
mengadaakan asimilasi.
6)
Toleration
Suatu bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration
timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan,hal tersebut disebabkan karena
adanya watak orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat
mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
7)
Stalemate
Suatu akomodasi
dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang
berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini
disebabkan kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik maju ataupun
mundur.
8)
Adjudication
Penyelesaian
perkara atau sengketa di pengadilan.
Hasil-hasil Akomodasi
1)
Akomodasi,dan integrasi
masyarakat,telah berbuat banyak untuk menghindarkan masyarakat dari benih-benih
pertentangan latent yang akan melahirkan pertentangan baru.
2)
Menekan oposisi. Seringkali suatu
persaaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu kelompok tertentu (misalnya
golongan produsen) demi kerugian pihak lain (misalnya golongan konsumen).
3)
Koordinasi berbagai kepribadian yang
berbeda.
4)
Perubahan lembaga—lembaga
kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah.
5)
Perubahan-perubahan dalam kedudukan.
6)
Akomodasi membuka jalan kearah
asimilasi.[9]
C.
Asimilasi
Asimilasi
merupakan proses sosial dalam tingkat lanjut yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat atara orang per orang atau
kelompok manusia. Asimilasi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan,sikap
dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.[10]
Syarat-syarat
Asimilasi :
1)
Kelompok manusia yang berbeda
kebudayaannya. Perpecahan antarkelompok dalam suatu wilayah kultural
(kebudayaan) tidak digolongkan asimilasi.
2)
Orang perorangan sebagai warga
kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan instensif untuk waktu yang
lama. Tanpa melalui pergaulan dalam kuun waktu tertentu maka asimilasi tidaka
akan tecapai.
3)
Kebudayaan dari kelompok manusia
tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.[11]
Proses-proses
Asimilasi
1)
Ada perbedaan kebudayaan antara
kelompok-kelompok manusia yang hidup pada suatu waktu dan pada suatu tempat
yang sama.
2)
Para warga dari masing-masing
kelompok yang berbeda-beda itu dalam kenyataannya selalu bergaul secara
intensif dalam jangka waktu yang cukup lama.
3)
Demi pergaulan mereka yang telah
berlangsung secara intensif itu,masing-masing pihak menyesuaikan kebudayaan
mereka masing-masing sehingga terjadilah proses saling penyesuaian kebudayaan
diantara kelompok-kelompok itu.[12]
Faktor-faktor
yang dapat mempermudah Asimilasi
1)
Sikap dan kesediaan menenggang.
Apabila toleransi dapat dihidupkan diantara kelompok-kelompok manusia yang
berbeda budaya itu,maka proses asimilasi akan mudah dilangsungkan tanpa banyak
hambatan yang berarti.
2)
Sikap menghadapi orang asing berikut
kebudayaannya. Maka dapat memudahkan
pendekatan-pendekatan warga dari kelompok-kelompok yang saling berbeda itu.
3)
Kesempatan dibidang ekonomi yang
seimbang. Dapat memberikan keungkinan pada setiap pihak untuk mencapai
kedudukan tertentu berkat kemampuannya.
4)
Siakp terbuka golongan penguasa.
Dapat meniadakan kemungkinan diskriminasi oleh kelompok mayooritas terhadap
kelompok minoritas,dan tiadanya diskriminasi antarkelompok akan memudahkan
asimilasi.
5)
Kesamaan dalam berbagai unsur
kebudayaan.
6)
Perkawinan campuran.
7)
Musuh bersama dari luar. [13]
Faktor-faktor
yang menjadi penghambat bagi terjadinya asimilasi
1)
Terisolasinya golongan tertentu
didalam masyarakat (biasanya golongan minoritas).
Terisolasinya suatu golongan sering menjadi hambatan komunikasi
antarkelompok sehingga menyulitkan kelompok tersebut untuk terjadi asimilasi.
2)
Kurangnya pengetahuan tentang budaya
yang dihadapi
Sehngga pengetahuan yang kurang akan menimbulkan salah mengerti
terhadap kebudayaan kelompok lain. Kelompok ini sulit sekali menerima masuknya
unsur-unsur kebudayaan lain kedalam bagian dari kebudayaannya.
3)
Perasaan takut terhadap kekuatan
suatu kebudayaan yang dihadapi.
Perasaan ini lebih banyak disebabkan oleh takut atau khawatir
terhadap bergesernya kebudayaan yang sudah menjadi pegagan hidup bagi kelompok
tersebut.
4)
Perasaan kebudayaan golongan
tertentu merasa lebih tinggi daripada kebudayaan kelompok lain.
Perasaan ini disebut sebagai superioritas kultural,dimana
kecenderungan kelompokuntuk menganggap kebudayaannya memiliki peradaban yang
lebih tinggi dibanding dengn kebudayaan kelompok lain.
5)
Perbedaan rasial
Perbedaan rasial adalah perasaan dimana ras tertentu merasa lebih
tinggi dibandingkan dengan ras lain.
6)
Perasaan kekelompokkan yang kuat
Perasaan ini acap kali disebut endosentrism,yaitu sikap yang
menjadikan kebudayaan didalam kelompoknya sebagai tolak ukur untuk mengukur
baik buruknya kebudayaan lain.
7)
Golongan minoritas mengalami
gangguan dari golongan penguasa
Golongan minoritas yang mendapat tekanan-tekanan politik dari
penguasa pernah terjadi.
8)
Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan biasanya seringakali melahirkan sikap daan
tindakan yang berbeda-beda yang perbedaan itu sukar sekali menccapai pembauran.[14]
Daftar Pustaka
Bungin,Burhan. Sosiologi Komunikasi,Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.2006
Lia Aulia Fachrial,. Proses Sosial dan Interaksi Sosial.
Jurnal Sosiologi.,20. 2015
Narwoko J.Dwi,Bagong
Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup.2011
Setiadi Elly M,Usman
Kolip. Pengantar Sosiologi, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup. 2011
Soekanto,Soerjono. Sosiologi Suatu Penganta, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.1990
Sunaryo. Sosiologi,
Jakarta:Bumi Medika.2014
Yetti Rahmi
Saputri,Zakaria A.Jalil. Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan Masyarakat Sipil. Jurnal
Mahasiswa Ilmiah,10. 2011
[1] Lihat Yetti
Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil, Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan
Masyarakat Sipil,Jurnal Mahasiswa Ilmiah,2017,hlm.10
[2] Lihat J.Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.58
[3] Lihat
Soejarno Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,PT RajaGrafindo
Persada,Jakarta, [3]
Lihat Yetti Rahmi Saputri, Zakaria A. Jalil, Interaksi Sosial Keluarga
Militer Dengan Masyarakat Sipil,Jurnal Mahasiswa Ilmiah,2017,hlm.10
1990,hlm. 72.
[4]
Lihat Soejarno Soekanto,Sosiologi Suatu
Pengantar,PT RajaGrafindo Persada,Jakarta,1990,hlm. 73
[6]
Lihat Burhan Bungin,Sosiologi komunikasi,Kencana Prenada
Media Group,Jakarta,2006,hlm.60.
[7]
Lihat Soejarno Soekanto,Sosiologi Suatu
Pengantar,PT RajaGrafindo Persada,Jakarta,1990,hlm. 75,76
[8] Lihat Lia
Aulia Fachrial,Proses Sosial dan Interaksi Sosial,Gunadarma,2015,hlm.20.
[9] Lihat Soejarno
Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,PT RajaGrafindo
Persada,Jakarta,1990,hlm. 78.79,80
[10] Lihat Sunaryo,Sosiologi,Bumi
Medika,Jakarta,2014,hlm.62
[11]
Lihat Elly M.
Setiadi dan Usman Kolip,Pengantar
Sosiologi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.83
[12]
Lihat J.Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.62
[13]
Lihat J.Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.62,63
[14] Lihat Elly M.
Setiadi dan Usman Kolip,Pengantar
Sosiologi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.85,86
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar