PROSES DISOSIATIF
Proses
disosiatif disebut juga sebagai oppositional processesyakni proses
sebagai cara berjuang untuk melawan seseorang atau sekolompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu.
Oposisi
dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok
manusia, untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makanan,tempat tinggal
serta lain-lain factor telah melahirkan beberapa bentuk kerja sama dan oposisi.
Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup
(struggle for existence). Perlu dijelaskan bahwa pengertian struggle for
existence juga dipakai untuk menunjuk kepada suatu keadaan di mana manusia yang
satu tergantung pada kehidupan manusia yang lainnya, keadaan mana menimbulkan
kerja sama untuk dapat tetap hidup. Perjuangan ini mengarah pada paling sedikit
tiga hal yaitu perjuangan manusia melawan sesame, perjuangan manusia melawan
makhluk-makhluk jenis lain serta perjuangan manusia melawan alam.[1]
Bentuk-bentuk
Proses Disosiatif :
1.
Persaingan (Competition)
Persaingan
atau competition adalah proses sosial,dimana individu atau kelompok berjuang
dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-biidang kehidupan yang
menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah
ada,namun tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.[2]
Persaingan
mempunyai dua tipe umum :
a.
Persaingan pribadi,yaitu orang perorangan atau
individu secara langsug bersaing. Misalnya, ingin memperoleh kedudukan tertentu
dalam suatu organisasi. Tipe ini juga dinamakan rivalry.
b.
Persaingan tidak pribadi,yaitu persaingan dengan
kelompok. Misalnya, terdapat dua perusahaan besar yang bersaing untuk
mendapatkan monopoli
disuatu wilayah tertentu.[3]
Bentuk-bentuk
Persaingan :
a.
Persaingan Ekonomi, timbul karena tebatasnya
persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen.
b.
Persaingan Kebudayaan, dapat menyangkut persaingan
dibidang keagamaan dan pendidikan
c.
Persaingan Kedudukan dan peranan, dalam diri
seseorang maupun didalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang
atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
d.
Persaingan Ras, merupakan persaingan dibidang
kebudayaan. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding
unsur-unsur kebudayaan lainnnya.[4]
Persaingan dalam
batas-batas tertentu,mempunyai beberapa fungsi :
a.
Menyalurkan keinginan-keinginan perorangan atau
kelompok-kelompok untuk saling menyaingi.
b.
Merealisasi keinginan-keinginan,kepentingan-kepentingan,atau
nilai-nilai yang sedang menjadi pusat perhatian publik,kearah tujuan-tujuan
yang positif.
c.
Mendudukan seseorang pada kedudukan-kedudukan atau
peranan-peranan sosial yang tepat.
d.
Menyaring warga-warga masyarakat sesuai dengan
kemampuan masing-masing sehingga terdapat pembagian kerja yang efektif.[5]
Hasil
suatu persaingan terkait erat dengan berbagai faktor :
a.
Kepribadian seseorang
b.
Kemajuan : dalam masyarakat yang berkembanng dan
maju denngan cepat,para individu perlu menyesuaikan diri dengan keadaan
tersebut.
c.
Solidaritas kelompok : persaingan yang jujur akan
menyebabkan para individu akan menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan
sosialnya hingga tercapai keserasian.
d.
Disorganisasi,yaitu perubahan yang terlalu cepat
dalam masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struuktur sosial. [6]
2.
Kontravensi (Contravention)
Kontravensi
adalah proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau
pertikaian. Kontroversi adalah proses
sosial dimana terjadi pertentangan pada tataran konsep dan wacana,sedangkan
pertentangan atau pertikaian telah memasuki unsur-unsur kekerasan dalam proses
sosialnya.[7]
Cara-cara Kontravensi :
a.
Kasar dann halus. Cara kasar ditandai dengan ketidaksopanan,berupa
gangguan,ejekan,fitnah,provokasi,dan intimidasi. Cara halus ditandai dengan
menggunakan bahasa dan perilaku yang sopan,namun mengandung makna yang tajam.
b.
Terbuka dan tersembunyi. Cara terbuka apabila
langsung dari pihak mana dan siapa yang melakukan pertetentangan itu,serta apa
isinya. Sebaliknya cara tersembunyi sulit diketahui .
c.
Resmi dan tidak resmi. Cara resmi adalah penentangan
yang diterima dan ditegakkan dengan ketentuan hukum atau dengan ketentuan yang
dilembagakan oleh kekuasaan negara atau
oleh kekuasaan agama. Sedangkan cara tidak resmi adalah pertentangan yang tidak
dikukuhkan peraturan hukum dan tidak dilembagakan.[8]
Bentuk
Kontravensi menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker ada 5
yaitu :
a.
Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,penolakan,perbuatan
menghalang-halangi,prrotes,gangguan-gangguan,perbuatan kekerasan dan
mengacaukan rencana pihak lain.
b.
Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang
lain dimuka umum,memaki-maki melalui surat-surat selembaran,mencerca,memfitnah,melemparkan
beban pembuktian kepada pihak lain,dan seterusnya.
c.
Yang intensif menyangkut penghasutan,menyebarkan
desas-desus,mengecewakan piihak-pihak lain daan seterusnya.
d.
Yang rahasia,umpamanya mengumumkan rahasia pihak
lain,perbuatan khianat dan seterusnya.
e.
Yang taktis, mislanya mengejutkan lawan,menganggu
atau membingungkan pihak lain,umpama dalam kampanye parati-partai politik dalam
pemilihan umum.[9]
Menurut
Leopold Von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi
yaitu :
a. Konntravensi
generasi masyarakat, lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami
perubahan yang sangat cepat.
b. Kontavensi seks,
menyangkut hubungan suami dan istri dalam keluarga.
c. Kontravensi Parlementer,
yaitu hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam
amsyarakat.,baik yang menyangkut hubungan mereka didalam lembaga
legislatif,keagamaan,pendidikan,dan lain sebagainya.[10]
Ada pula beberapa tipe
konntavensi yang sebenarnya terletak diantara kontravensi dan pertentangan atau
pertikaian. Tipe-tipe tersebut dimasukkan dimasukkan dalam kategori
kontravensi,karena umumnya tidak menggunakan ancaman atau kekerasan. Tipe-tipe
tersebut antara lain :
a.
Kontraversi antar masyarakat-masyarakat setempat,(community)
yang mempunyai dua bentuk yaitu kontravensi antara
masyarakat-masyarakatsetempat yang berlainan (Intracommunity struggle)
dan kontravensi antara golongan-golongandallam suatu masyarakat setempat (Intercommunity
struggle).
b.
Antagonisme keagamaan
c.
Kontravensi Intelektual,misalnya meninggikan diri
dari mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi,terhadap
merekan yang kurang beruuntung dakam bidang pendidikan.
d.
Oposisi moral.[11]
3. Pertentangan
(Conflict)
Pertentangan
adalah proses sosial dimana idividu ataupun kelompok menyadari memiliki
perbedaan-perbedaan,misalnya dalam ciri badaniah,emosi,unsur-unsur kebudayaan,
perilaku,prinsip,politik,ideologi maupun kepentingan dengan pihak lain. Perbedaan
ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada sehingga menjadi suatu
pertentangan taau pertikaian itu sendiri dapat mengahasilkan ancaman dan
kekerasan fisik.[12]
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus
yaitu :
a. Pertentangan
pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan sudah
saling tidak menyukai. Apabila permulaan yang buruk tadi
dikembangkan,makatimbul rasa saling membenci. Masing-masing pihak akan
memusnahkan pihak lawannya.
b. Pertentangan
rasial. Dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara
mereka yang menimbulkan pertentangan.
c. Pertentangan
antara kelas-kelas sosial yang disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan.
d. Pertentangan
politik. Menyangkut baik anatara golongan-golongan dalam satu masyarakat,maupun
antara negara-negara yang berdaulat.
e. Pertentangan
yang bersifat internasional disebabkan perbedaan – perbedaan kepentingan yang
kemudian merembes ke kedaulatan negara.[13]
Akibat-akibar
bentuk pertentangan :
a.
Tambahnya solidaritas in-group.
b.
Apabila pertentangan antara golongan-golongan
terjadi dalam suayu kelompok tertentu,akibatnya adalah sebaliknnya,yaitu goyah
dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
c.
Perubahan kepribadian para individu
d.
Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
e.
Akomodasi,donasi,dan takluknya salah satu pihak.[14]
DAFTAR
PUSTAKA
Ap,Radiah.
Sosiologi Komunikasi,Makassar : Alauddin University Press.2012
Bungin,Burhan.
Sosiologi Komunikasi,Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.2006.
Narwoko
J.Dwi,Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta : Kencana
Prenada Media Grup.2011.
Soekanto,Soerjono.
Sosiologi Suatu Penganta, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.1990.
[4] Lihat Radiah
AP. Sosiologi Komunikasi,Alauddin
University Press,Makassar,2012,hlm,57.
[5]
Lihat J.Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.67
[8]
Lihat J.Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta,2011,hlm.70,71.
[13] Lihat Soejarno
Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,PT RajaGrafindo
Persada,Jakarta,1990,hlm. 102.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar