Kamis, 15 November 2018

Budaya Massa dan Budaya Populer



BUDAYA MASSA DAN BUDAYA POPULER
A.     Budaya Massa
Menurut Dennis McQuail (1994 : 31),kata massa berdasarkan sejarah mempunyai dua makna,yaitu positif dan negatif. Makna negatifnya berkaiitann dengan kerumunan (mob), atau orang banyak yang tidak teratur,bebal,tidak memiliki budaya,kecakapan dan rasionalitas. makna positif yaitu,massa memiliki arti kekuatan dan solidaritas dikalangan kelas pekerja biasa saat mencapai tujuan kolektif.
Sehubungan dengan makna komunikasi terutama komunikasi massa,makna kata massa mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk,yang komponen-komponennya susah dibedakan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,maka massa sama dengan suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas.[1]
Blumer (1939) dalam McQuail (2002:41), mengemukakan ada empat komponen sosiologis yang mengandung arti massa yaitu :
1.      Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelas yang berbeda,jenis pekerjaan yang berlainan,dengann latar belakang budaya yang  bermacam-macam,serta tingkat kekayaan yang beraneka atau berasal dari segala lapisan kehidupan dan dari seluruh tingkatan sosial.
2.      Massa terdiri dari individu-individu yang anonim.
3.      Biasanya  scara fisik anggota massa terpisah satu sama lainnya dan hanya terdapat sedikit interaksi atau pertukaran pengalaman antar anggota-anggota massa yang dimaksud.
4.      Keorganisasian dari suatu massa bersifat sangat longgar,dan tida mampu untuk bertindak bersama atau secara kesatuan,seperti hanya suatu kerumunan.[2]
Secara umum pengertian massa ditandai dengan :
a.       Kurang memiliki kesadaran diri.
b.      Kurang memiliki identitas diri.
c.       Tidak mampu  bergerak secara serentak dan terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu.
d.      Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada dibataswilayah yang selalu berubah pula.
e.       Massa tidak bertindak dengan sendiriya,tetapi dikooptasi untuk melakukan suatu tindakan
f.       Meski anggotanya heterogen,dan dari semua lapisan sosial,massa selalu bersikap sama dan berbuat sesuai dengan persepsi orang yang akan mengkooptasi mereka.

Konsep massa kemudia mengandung pengertian masyarakat secara keselutruhann “masyarakat massa”. Menurut McQuail (2002:39) massa ditandai oleh :
1.      Memiliki agrerat yang besar
2.      Tidak dapat dibedakan
3.      Cenderung berfikir negatif
4.      Sulit diperintah atau disorganisasi
5.      Refleksi dari khalayak massa[3]
Media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan yang  lainnyadengan melalui produk media massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media adalah :
1.      Sebagai saluuran produksi dan distribusi konten simbolis
2.      Sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada
3.      Keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela
4.      Menggunakan standar profesional dan birokrasi
5.      Media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan[4]


Kehidupan masyarakat kota,pada umumnya satu sama lain tidak salin mengenal dan interaksi-interaksi mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan yang dilandasi pada hubungan sekunder,sehingga secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan dalam berinteraksi didalam masayarakat perkotaan satu dengan lainnya.
Namun pengunaan media massa berbeda dengan komunikasi antarpribadi. Media massa membutuhkan persyaratan tertentu dari pemakainya. Pertama adalah orang yang harus bisa  membaca,sebelum mengonsumsi surat kabar atau majalah. Kedua, orang harus memiliki pesawat radio atau televisi,bila akan mengikuti siarannya atau punya uang untuk beli karcis bila akan menonton film. Ketiga kebiasaan memanfaatkan media. Untuk menjadi khalayak media massa,maka ketiganya perlu dimilk atau dilakukan. Apabila tidak maka mereka tidak  dapat menjadi khalayak media massa atau masyarakat media.
Budaya massa dibentuk disebabkan[5] :
1.      Tuntunan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat. Maka sipencipta untuk mennghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat,tak sempat lagi berpikir,dan dengan secepatnya menyelesaikan karyanya. Mereka memiliki target produksi yang harus dicapai dalam waktu tertentu.
2.      Karena massa budaya cenderung ‘latah’ menyulap atau meniru segala sesuatu yang sedang naik daun atau laris,sehingga mediaa berloomba untuk mencari keuntungan yangsebesar-besarnya





B.   Budaya Popuer

1.      Definisi budaya popular
William memaknai budaya popular adalah budaya yang banyak disukai, dan karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang (Storey :2003:10). Merupakan sebuah konsep yang menghasilkan suatu produk yang disebut produk budaya populer yang banyak disukai orang. Keberadaan budaya populer sendiri merupakan wujud perlawanan terhadap kemapanan nilai-nilai budaya tinggi yakni budaya yang dihasilkan oleh kaum-kaum intelektual. Namun kini budaya populer sudah tidak lagi dianggap sebagai budaya rendahan karena kaum intelektual pun telah terpapar oleh produk budaya populer.
Budaya pop adalah budaya yang berasal dari “rakyat”. Budaya pop adalah budaya otentik “rakyat”. Budaya pop seperti halnya budaya daerah merupakan budaya dari rakyat untuk rakyat. (Storey, 1993: 17-18) Budaya popular Perkembangan industri budaya itu dapat dilihat dari berbagai produk yang dihasilkan oleh budaya populer (popular culture). Konsep budaya populer itu ternyata sangat beraneka ragam, seperti yang dapat dirumuskan berikut ini.Pertama, budaya pop dapat dipahami sebagai kultur yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, serta semua hal yang disukai oleh rakyat. Budaya populer dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa
Budaya pop berarti lawan dari budaya tinggi (high culture). Budaya pop merupakan karya kultural yang tidak dapat masuk dalam kriteria budaya tinggi. budaya pop dalam pengertian seperti yang dikemukakan kalangan neo-gramscian. Konsep budaya pop ini tidak lepas dari terminologi hegemoni sebagaimana yang pernah dikonseptualisasikan oleh Antonio Gramsci. Hegemoni merupakan suatu fenomena kekuasaan yang selalu diwarnai berbagai pertarungan yang tidak pernah berhenti. Kemenangan yang dimiliki oleh pihak yang berkuasa untuk melakukan dominasi terhadap pihak yang dikuasainya bersifat sementara dan memang tidak akan pernah langgeng serta selalu dalam kondisi tidak stabil . Maka, dalam hal ini, budaya pop merupakan wilayah pertarungan kekuasaan yang dilakukan oleh pihak kelas tertindas melawan kelas yang menindasnya.[6]



2.      Ciri-ciri budaya popular

Ciri-ciri budaya popular menurut wikipedia diantaranya sebagai berikut:
a.       Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya popular.
b.      Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat menjadi pionir bagi karyakarya lain yang berciri sama, sebagai contoh genre musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre musik yang notasi nada tidak terlalu kompleks, lirik lagunya sederhana dan mudah diingat.
c.       Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren.
d.      Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek Coca-cola yang sudah ada berpuluhpuluh tahun.
e.       Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya.

Kebudayaan popular berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya.
Menurut Ben Agger Sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan maka
budaya itu umumnya menempatkan unsur popular sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat.[7]




DAFTAR PUSTAKA


Aldia Verda. Drama Korea dan Budaya Populer. Jurnal Komunikasi. 2(3): 12-18
Ap,Radiah. Sosiologi Komunikasi,Makassar : Alauddin University Press.2012
Bungin,Burhan. Sosiologi Komunikasi,Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.2006.
Gumsar Ramdana Rizky. Karakteristik Media Sosial Dalam Membentuk Budaya Populer Korean Pop Di Kalangan Komunitas Samarinda Dan Balikpapan.  Ejournal Ilmu Komunikasi. 3(2): 224-242





[1] Lihat Burhan Bungin,Sosiologi komunikasi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2006,hlm.97.
[2] Lihat Radiah AP. Sosiologi Komunikasi,Alauddin University Press,Makassar,2012,hlm,126.

[3] Lihat Burhan Bungin,Sosiologi komunikasi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2006,hlm.98.
4  Lihat Radiah AP. Sosiologi Komunikasi,Alauddin University Press,Makassar,2012,hlm,127.



[5] Lihat Burhan Bungin,Sosiologi komunikasi,Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2006,hlm.100
[6] Lihat Velda Ardia, Drama Korea dan Budaya Populer, Jurnal Komunikasi, 2014. hlm. 4.
[7] Lihat Rizky Rumanda Gusram, Karakteristik Media Sosial Dalam Membentuk Budaya Populer Korean Pop Di Kalangan Komunitas Samarinda Dan Balikpapan,Ejournal Ilmu Komunikasi, 2015, hlm. 233,234.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CITRA KEKERASAN PEREMPUAN

CITRA KEKERASAN PEREMPUAN Pencitraan merupakan kumpulan citra ( the collection of images ) yang dipergunakan untuk melukiskan objek dalam...