BUDAYA MASSA
DAN BUDAYA POPULER
A.
Budaya Massa
Menurut
Dennis McQuail (1994 : 31),kata massa berdasarkan sejarah mempunyai dua
makna,yaitu positif dan negatif. Makna negatifnya berkaiitann dengan kerumunan
(mob), atau orang banyak yang tidak teratur,bebal,tidak memiliki
budaya,kecakapan dan rasionalitas. makna positif yaitu,massa memiliki arti
kekuatan dan solidaritas dikalangan kelas pekerja biasa saat mencapai tujuan
kolektif.
Sehubungan
dengan makna komunikasi terutama komunikasi massa,makna kata massa mengacu pada
kolektivitas tanpa bentuk,yang komponen-komponennya susah dibedakan satu dengan
yang lainnya. Dengan demikian,maka massa sama dengan suatu kumpulan orang
banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas.[1]
Blumer
(1939) dalam McQuail (2002:41), mengemukakan ada empat komponen sosiologis yang
mengandung arti massa yaitu :
1.
Anggota massa adalah orang-orang
dari posisi kelas yang berbeda,jenis pekerjaan yang berlainan,dengann latar
belakang budaya yang
bermacam-macam,serta tingkat kekayaan yang beraneka atau berasal dari
segala lapisan kehidupan dan dari seluruh tingkatan sosial.
2.
Massa terdiri dari individu-individu
yang anonim.
3.
Biasanya scara fisik anggota massa terpisah satu sama
lainnya dan hanya terdapat sedikit interaksi atau pertukaran pengalaman antar
anggota-anggota massa yang dimaksud.
4.
Keorganisasian dari suatu massa
bersifat sangat longgar,dan tida mampu untuk bertindak bersama atau secara
kesatuan,seperti hanya suatu kerumunan.[2]
Secara umum
pengertian massa ditandai dengan :
a.
Kurang memiliki kesadaran diri.
b.
Kurang memiliki identitas diri.
c.
Tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisir
untuk mencapai tujuan tertentu.
d.
Massa ditandai oleh komposisi yang
selalu berubah dan berada dibataswilayah yang selalu berubah pula.
e.
Massa tidak bertindak dengan
sendiriya,tetapi dikooptasi untuk melakukan suatu tindakan
f.
Meski anggotanya heterogen,dan dari
semua lapisan sosial,massa selalu bersikap sama dan berbuat sesuai dengan
persepsi orang yang akan mengkooptasi mereka.
Konsep massa kemudia mengandung pengertian masyarakat secara
keselutruhann “masyarakat massa”. Menurut McQuail (2002:39) massa ditandai oleh
:
1.
Memiliki agrerat yang besar
2.
Tidak dapat dibedakan
3.
Cenderung berfikir negatif
4.
Sulit diperintah atau disorganisasi
5.
Refleksi dari khalayak massa[3]
Media
massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan
yang lainnyadengan melalui produk media
massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media adalah :
1.
Sebagai saluuran produksi dan
distribusi konten simbolis
2.
Sebagai institusi publik yang
bekerja sesuai aturan yang ada
3.
Keikutsertaan baik sebagai pengirim
atau penerima adalah sukarela
4.
Menggunakan standar profesional dan
birokrasi
5.
Media sebagai perpaduan antara
kebebasan dan kekuasaan[4]
Kehidupan
masyarakat kota,pada umumnya satu sama lain tidak salin mengenal dan
interaksi-interaksi mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan yang
dilandasi pada hubungan sekunder,sehingga secara real media massa telah menjadi
salah satu kebutuhan dalam berinteraksi didalam masayarakat perkotaan satu
dengan lainnya.
Namun
pengunaan media massa berbeda dengan komunikasi antarpribadi. Media massa membutuhkan
persyaratan tertentu dari pemakainya. Pertama adalah orang yang harus bisa membaca,sebelum mengonsumsi surat kabar atau
majalah. Kedua, orang harus memiliki pesawat radio atau televisi,bila akan
mengikuti siarannya atau punya uang untuk beli karcis bila akan menonton film. Ketiga
kebiasaan memanfaatkan media. Untuk menjadi khalayak media massa,maka ketiganya
perlu dimilk atau dilakukan. Apabila tidak maka mereka tidak dapat menjadi khalayak media massa atau
masyarakat media.
Budaya
massa dibentuk disebabkan[5] :
1.
Tuntunan industri kepada pencipta
untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat. Maka sipencipta untuk
mennghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat,tak sempat lagi
berpikir,dan dengan secepatnya menyelesaikan karyanya. Mereka memiliki target
produksi yang harus dicapai dalam waktu tertentu.
2.
Karena massa budaya cenderung ‘latah’
menyulap atau meniru segala sesuatu yang sedang naik daun atau laris,sehingga
mediaa berloomba untuk mencari keuntungan yangsebesar-besarnya
B.
Budaya Popuer
1.
Definisi budaya popular
William memaknai budaya popular adalah budaya
yang banyak disukai, dan karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang (Storey
:2003:10). Merupakan sebuah konsep yang menghasilkan suatu produk yang disebut
produk budaya populer yang banyak disukai orang. Keberadaan budaya populer
sendiri merupakan wujud perlawanan terhadap kemapanan nilai-nilai budaya tinggi
yakni budaya yang dihasilkan oleh kaum-kaum intelektual. Namun kini budaya
populer sudah tidak lagi dianggap sebagai budaya rendahan karena kaum
intelektual pun telah terpapar oleh produk budaya populer.
Budaya pop adalah budaya yang berasal dari
“rakyat”. Budaya pop adalah budaya otentik “rakyat”. Budaya pop seperti halnya budaya
daerah merupakan budaya dari rakyat untuk rakyat. (Storey, 1993: 17-18) Budaya
popular Perkembangan industri budaya itu dapat dilihat dari berbagai produk
yang dihasilkan oleh budaya populer (popular culture). Konsep budaya
populer itu ternyata sangat beraneka ragam, seperti yang dapat dirumuskan
berikut ini.Pertama, budaya pop dapat dipahami sebagai kultur yang berasal dari
rakyat, oleh rakyat, serta semua hal yang disukai oleh rakyat. Budaya populer
dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk
mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa
Budaya pop berarti lawan dari budaya tinggi (high
culture). Budaya pop merupakan karya kultural yang tidak dapat masuk dalam
kriteria budaya tinggi. budaya pop dalam pengertian seperti yang dikemukakan
kalangan neo-gramscian. Konsep budaya pop ini tidak lepas dari terminologi
hegemoni sebagaimana yang pernah dikonseptualisasikan oleh Antonio Gramsci.
Hegemoni merupakan suatu fenomena kekuasaan yang selalu diwarnai berbagai
pertarungan yang tidak pernah berhenti. Kemenangan yang dimiliki oleh pihak
yang berkuasa untuk melakukan dominasi terhadap pihak yang dikuasainya bersifat
sementara dan memang tidak akan pernah langgeng serta selalu dalam kondisi
tidak stabil . Maka, dalam hal ini, budaya pop merupakan wilayah pertarungan
kekuasaan yang dilakukan oleh pihak kelas tertindas melawan kelas yang
menindasnya.[6]
2.
Ciri-ciri budaya popular
Ciri-ciri budaya popular menurut
wikipedia diantaranya sebagai berikut:
a.
Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti
atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya popular.
b.
Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang
menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat
menjadi pionir bagi karyakarya lain yang berciri sama, sebagai contoh genre
musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre musik yang notasi nada tidak
terlalu kompleks, lirik lagunya sederhana dan mudah diingat.
c.
Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati
dan diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren.
d.
Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat
berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat
mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi
keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek Coca-cola yang sudah ada
berpuluhpuluh tahun.
e.
Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer
berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya.
Kebudayaan
popular berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua
orang atau kalangan orang tertentu seperti mega bintang, kendaraan pribadi,
fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya.
Menurut
Ben Agger Sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan maka
budaya itu umumnya menempatkan
unsur popular sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya
manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat.[7]
DAFTAR PUSTAKA
Aldia Verda. Drama Korea dan Budaya Populer. Jurnal
Komunikasi. 2(3): 12-18
Ap,Radiah.
Sosiologi Komunikasi,Makassar : Alauddin University Press.2012
Bungin,Burhan.
Sosiologi Komunikasi,Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.2006.
Gumsar
Ramdana Rizky. Karakteristik Media Sosial Dalam Membentuk Budaya Populer
Korean Pop Di Kalangan Komunitas Samarinda Dan Balikpapan. Ejournal Ilmu Komunikasi. 3(2): 224-242
[3] Lihat Burhan Bungin,Sosiologi komunikasi,Kencana Prenada
Media Group,Jakarta,2006,hlm.98.
4 Lihat Radiah AP. Sosiologi
Komunikasi,Alauddin University Press,Makassar,2012,hlm,127.
[5] Lihat Burhan Bungin,Sosiologi komunikasi,Kencana Prenada Media
Group,Jakarta,2006,hlm.100
[6] Lihat Velda
Ardia, Drama Korea dan Budaya Populer, Jurnal Komunikasi, 2014. hlm. 4.
[7]
Lihat
Rizky Rumanda Gusram, Karakteristik
Media Sosial Dalam Membentuk Budaya Populer Korean Pop Di Kalangan Komunitas Samarinda
Dan Balikpapan,Ejournal Ilmu Komunikasi, 2015,
hlm. 233,234.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar